TEMPO.CO, Yogyakarta - Band ska asal Yogyakarta, Shaggydog punya cara sendiri dalam menyikapi tawaran manggung yang berdatangan saat memasuki musim kampanye di tahun politik. Band yang lahir sejak 1997 dari kampung Sayidan Yogya itu sebenarnya kurang berminat jika harus menjadi pengisi acara untuk acara kampanye politik.
Apalagi kalau si pengorder meminta Shaggydog mengubah lirik lagu-lagunya atau memasang atribut tertentu sesuai kepentingan kampanye yang berlangsung.
"Anak-anak kalau ada tawaran (manggung) untuk kampanye politik itu gelagatnya sudah ogah-ogahan, yowis (ya sudah)," ujar vokalis Shaggydog, Heru Wahyono ditemui di sela persiapan acara 100%In- sebuah gerakan kampanye menolak golput- di Yogyakarta Kamis 14 Maret 2019.
Di Shaggydog, seperti berlaku aturan tak tertulis saat menyikapi sesuatu berdasarkan suara terbanyak personelnya. Salah satunya saat menerima atau menolak tawaran manggung untuk kampanye politik. Mayoritas atau hampir semuanya menolak.
Baca: Shaggydog Luncurkan Kompilasi dari Label Sendiri
Hanya saja, sebagai musisi profesional dalam merespon order dari manajemen, tentu band yang populer lewat lagu Sayidan itu tak lantas langsung menyatakan menolak jika ada tawaran manggung untuk kampanye politik.
"Jadi ceritanya seperti 'Oke, kami mau (manggung untuk kampanye), tapi kami punya nilai (tarif) yang sangat berlipat', nah usulan dari drummer kami Rp 1 miliar, hehe," ujar Heru terkekeh.
Menurut Heru tarif sekali manggung Rp 1 miliar itu tergolong tak biasa dan sangat kecil kemungkinannya bakal dipenuhi pengorder. Sebab memang itu tujuannya: pengorder mengurungkan niat mengundang Shaggydog.
"Sejauh ini sih yang coba ngundang (untuk kampanye) cuma nanya-nanya hehe," ujar Heru. Dia menuturkan langkah membanderol tarif tinggi itu dinilai sepadan untuk hal yang sesungguhnya berat mereka lakukan.
"Kami entertainer, punya hak dong buat tarif, apalagi untuk membawa sebuah kepentingan politik," ujar Heru.
Namun demikian, Shaggydog sendiri tak pernah jual mahal untuk acara-acara yang memang sesuai idealisme mereka. Terlebih untuk acara sosial atau kemanusiaan yang tak ada muatan politik tertentu.
PRIBADI WICAKSONO